Cerita Cinta di Kota Surakarta


Baiklah, dari judul memang terkesan sangat romantis, tapi yakinlah sesuatu yang ditulis di sini tidak akan pernah bertujuan mengaduk perasaan kalian seperti halnya menonton drama korea, atau drama keluarga di sinetron India.
 
Surakarta, adalah kota dimana Presiden kita sekarang dilahirkan, kota yang memiliki sejarah panjang bersama dengan Yogyakarta, kota yang memiliki budaya Jawa yang sangat kental, dan kota yang sampai saat ini masih memiliki raja yang bergelar Pakubuwono.

Saya termasuk orang yang sering berkunjung ke Surakarta (mungkin lebih enaknya saya akan menyebutya dengan Solo). Kota yang berjarak sekitar 2 jam dari kota Jogja membuat saya ingin kembali dan kembali lagi kesana. 

Suasana Jawa dan kekentalan akan budaya yang tidak jauh berbeda dengan Jogja terkadang menjadi daya pikat yang mampu menarik perhatian untuk datang ke sana.

Saya memiliki hubungan dengan Solo hanya karena tempat penelitian saya ada di sana, selain itu tidak ada hubungan apapun saya dengan Solo, saya bukan keturunan dari Pakubuwono, saya bukan investor di Solo Square, dan saya juga bukan ayah angkatnya Jan Ethes. Jadi hubungan saya dengan Solo hanya sebatas penelitian.

Meskipun dalam proses penelitian saya selalu dibuat geram dengan petugas- nya. Tapi daya pikat Solo masihlah sangat kuat. Setelah penelitian selesai, saya masih dan masih lagi berencana untuk sekedar datang dan berkunjung untuk menikmati kuliner dan suasana jalan yang begitu khas. Mengapa khas?

Kekhasan dan keunikan yang dimiliki oleh Solo memang ada yang sifatnya bagus dan mungkin "kurang" bagus. Jadi mungkin tulisan ini akan saya tujukan buat kalian yang ingin tahu Solo dari sudut pandang saya, tentunya. ha ha ha

Perlu kalian tahu sebelum datang ke Solo, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Pertama bahwa, jalanan di Kota Solo itu sangat mbulet. Kalo orang Jawa Timur bilang mbuwulet. Terlalu banyak jalan satu arah, dan akibat dari adanya itu maka jalan kecil di gang-gang sempit menjadi empuk dan nikmat untuk dilewati. 

Hal itu kamudian berdampak pada lamanya kita menghabiskan waktu di jalan. Karena bagi saya, orang yang tidak tinggal di sana, akan selalu membingungkan untuk menghafalkan jalan kota Solo yang banyak tanda bulat merah dan ada garis putihnya itu.

Yang kedua adalah bahwa, pengendara di Solo sangat hobi sekali memanfaatkan klakson kendaraan. Entah mobil atau motor, mereka gemar sekali tan tin di tengah keramaian jalan perkotaan. Saya tidak tahu seberapa besar tingkat kesabaran mereka terhadap suasana lalu lintas. Hanya saja sebagai pengendara yang terbiasa dengan suasana kendaraan Jogja merasa sedikit terusik dengan bunyi tan tin yang begitu berisik.

Cuman semua itu tidak melulu dipandang sebagai suatu hal yang negatif, ada hal positif yang bisa didapatkan dari fenomena tersebut, yaitu bahwa ….. sepertinya bengkel di Solo tidak akan pernah menerima keluhan klakson karatan (rusak), ya gimana mau karatan, wong tiap hari dipakai.

Saya mencoba untuk iseng dan menghitung berapa kali suara klakson terdengar di jalanan kota Solo. Dalam perjalanan saya dari hotel sampai keraton Solo, yang mana jaraknya sekitar 3 kilo meter dan menghabiskan waktu sekitar 11 sampai 13 menit, ada sekitar 37 bunyi klakson yang terdengar di telinga saya dan kawan saya. Sungguh aransemen musik yang sangat indah.

Terakhir nih. Solo jarang sekali ada Indomaret.. mungkin bagi sebagian orang, itu adalah suatu hal yang positif, namun sepakat atau tidak sepakat, kita pasti menyadari bahwa minimarket tersebut adalah kebutuhan bagi sebagian orang. 

Bayangkan saja kalian para wanita pas lagi jalan-jalan dan eh ternyata ada tamu bulanan datang. Panik dong, larinya kemana? Masa mau lari ke angkringan, tidak dong. Secara nalar pasti kita nyari minimarket terdekat. Dan kehadiran Indomaret sebenarnya sangat membantu, karena gampang untuk dicari. Kebayang dong kalau harus nyari toko kelontong di tengah jalanan kota dan dengan rasa panik yang begitu membara, pasti mumet. ditambah lagi dengan kondisi jalanan yang mbulet dan suara backsound klakson yang cukup mampu menambah daya panik kita.

Selalu ada kekesalan yang terjadi ketika mengunjungi kota Solo. Tapi kenangan dan keindahan dan tata kramanya juga selalu nikmat untuk bisa dikunjungi lagi dan lagi.  Oh iya, satu hal yang sangat tidak bisa dilupakan di Solo adalah kulinernya. Kalian bisa nemuin kuliner macem-macem di Solo. Mulai dari yang sederhana sampai yang tidak sederhana. Jadi, jangan takut kelaparan di Solo.

Syahdu tembang dan lantunan syair dalam diri selalu menghiasi perjalanan di kota Solo. Kota itu akan selalu unik, dan keunikan itu semoga selalu terjaga sampai kapanpun.

Komen dong