Idealisme para Ahlul Sesatisme


Dalam bahasa sejarah kelompok kanan yang berhaluan agak lebih keras dan tidak lunak seperti kaum moderat diberi nama kelompok fundamental. Fundamental adalah lawan dari liberal. Fundamental secara bahasa berarti “dasar”, sedangkan dalam konteks ini kita sebut saja fundamentalisme.

Kita tahu bahwa apabila suatu kata yang telah terselip kata “isme” akan diartikan sebagai sebuah ajaran. Jadi fundamental yang berarti “dasar” tersebut apabila diselipkan kata “isme” di dalamnya berarti sebuah ajaran yang fundamental, atau berarti ajaran yang mendasar.

Sedangkan dalam KBBI fundamentalisme berarti “faham yang cenderung untuk memperjuangkan sesuatu secara radikal” atau bisa juga diartikan sebagai sebuah “penganut yang bersifat kolot dan reaksioner”.

Ortodoksi dalam beragama tersebut rupanya dari dulu juga sudah ada dan sampai sekarang masih saja berkembang. Perkembangannya dari generasi ke generasi memang tidak selalu sama.

Namun kecenderungan dalam beragama yang berdasar pada kekolotan dalam memahami agama selalu menjadi alasan lahirnya sebuah gerakan fundamental tersebut.

Pada masa nabi, gerakan fundamental ini memang belum terlihat. Karena super power nabi sebagai pembawa risalah dan utusan Tuhan tidak dapat dilawan. Namun setelah nabi wafat, gerakan ini mulai muncul dan memberikan dampak besar terhadap kehidupan keberagamaan pada zaman itu. 

Gerakan fundamental pada masa itu diawali dengan lahirnya gerakan Khawarij.  Mereka menyatakan diri keluar dari golongan Ali bin Abi Thalib karena dianggapnya Ali tidak menjalankan hukum Allah ketika tengah berperang melawan kelompok Mu’awiyah. Ia menerima perjanjian dengan Mu’awiyah yang saat itu membawa Alqur’an sebagai alat untuk memperdaya Ali. Hal itu berakibat kalahnya Ali, hingga terbunuhnya Ali di tangan orang Muslim yang radikal.

Dilanjut dengan kelompok Mu’tazilah yang juga sedikit banyak masih radikal pada masanya. Mereka melahirkan kebijakan yang mengharuskan orang untuk mempercayai Mu’tazilah. Sehingga toleransi dalam bermadzhab pada saat itu sangat kecil.

Hingga pada abad 21 ini tidak lantas kemudian gerakan radikal tersebut menjadi hilang. Gerakan yang selalu mencari pembenaran atas dirinya dan selalu mencari kesalahan atas kelompok lain pada abad ini juga masih tersebar di mana-mana. Di periode ini radikalisme akan selalu diartikan sebagai terorisme. 

Memang dalam menentukan mana gerakan yang radikal fundamental dan mana yang tidak sebagian besar orang masih sering berdebat. Namun standart bagi gerakan fundamental secara umum sudah tergambar pada bagian awal tulisan ini.

Di Indonesia gerakan ini sering disematkan pada kelompok yang berideologi takfiri, atau ideologi yang mengkafirkan kelompok lain dan mengatasnamakan kelompoknya lah yang paling benar.
Sehingga masalah surga dan neraka dipandang sebagai hitam dan putih bagi mereka. Barang siapa yang termasuk dalam golongan mereka, maka akan masuk surga dan barang siapa yang tidak bersama mereka akan masuk neraka.

Dalam sejarahnya, radikalisme Islam di Indonesia diawali dengan lahirnya gerakan DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia) dan NII (Negara Islam Indonesia) yang menginginkan Indonesia berdiri sebagai negara Islam. 

Di era reformasi ketika nafas segar baru saja dihirup oleh bangsa Indonesia setelah terkukung lama oleh perode orde baru, gerakan-gerakan fundamental juga ikut dalam kemeriahan menyambut pesta kebebasan berekspresi tersebut.

Maka muncul lah beberapa gerakan yang selama ini hanya bergerak di bawah tanah akhirnya mulai berani menampakkan diri di muka umum. Meskipun kelompok radikal yang sejati masih saja bersembunyi di balik tabir mereka, dan gemar melakukan teror-teror yang mengancam dan menakuti masyarakat lainnya.

Secara umum ada tiga hal yang menyebabkan sebuah kelompok itu menjadi radikal dan memiliki jiwa separatis. Pertama, adalah karena ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah atau negara setempat yang dianggap merugikan dan tidak menguntungkan suatu kelompok. Kedua, karena pengaruh dari kelompok lain. Dan yang ketiga adalah karena penafsiran yang salah dalam memahami sebuah ajaran, dalam hal ini adalah ajaran agama.

Namun masalah yang kemudian muncul adalah bagaimana pemerintah atau negara menyikapi adanya kelompok radikal dan mengancam kedaulatan negara mereka? apakah gerakan tersebut pantas untuk disingkirkan ataukah hanya layak dianggap sebagai gerakan yang akan musnah di kemudian hari? Entahlah.

Baca Juga :

Komen dong